Orang tersebut mampu mengubah 180 derajat kaum Bani Israil di Syam
(Palestina), hanya dalam beberapa hari: dari beriman kepada Allah menjadi
penyembah patung anak sapi yang bersuara. Hal itu membuat marah Musa as. (QS.
20: 86).
Bagaimana tidak, kejadian itu berlangsung saat dirinya sedang dipanggil
Allah ke Bukit Sinai (Thur) untuk menerima wahyu. Sebelum pergi, Nabi Musa.
sudah berpesan kepada kaumnya agar tetap beriman kepada Allah.
Nabi Musa perlu mewasiatkan itu karena ia dan kaumnya telah diberi nikmat
luar biasa oleh Allah. Setelah lolos dari kejaran Fir’aun dan pasukannya dengan
membelah Laut Merah, Nabi Musa as dan kaumnya menetap di Syam. Sejak tinggal di
Syam inilah, Nabi Musa dan pengikutnya mendapatkan banyak kenikmatan dari
Allah. Tanah Syam diberikan keberkahan. Kaum Bani Israil mendapatkan al manna
wa salwa, makanan berupa burung dan manisan semanis madu dari bumi Syam. Namun,
kenikmatan itu ternyata tak membuat mereka tetap beriman kepada Allah karena
ulah seseorang.
Lalu, siapa orang yang telah melakukan itu? Ia namanya Samiri. Namanya
dicatat dalam Al-Quran. "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu
sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” (20: 85)
Samiri adalah seorang Bani Israil dari suku Assamirah dan menjadi pengikut
Nabi Musa. Sebelumnya, ia menganut agama paganisme yang percaya kepada kekuatan
dewa. Samiri pernah belajar ilmu sihir saat di Mesir hingga menjadi ahli.
Keahliannya itu yang membuat ia –bersama Musa—dapat melihat malaikat Jibril
turun dengan kudanya dari langit, untuk membimbing Nabi Musa. membelah Laut
Merah.
Samiri kemudian mengambil tanah yang sempat dijejaki kuda malaikat Jibril. Tanah itu disimpannya dan diikatkan di bajunya. Ketika Nabi Musa as dipanggil Allah ke Bukit Sinai, Samiri mengumpulkan harta kaum Bani Israil berupa logam, dan melemparkannya ke dalam api hingga melebur. Kemudian, ia lemparkan tanah bekas jejak telapak kuda malaikat Jibril ke logam tersebut hingga berbentuk patung anak sapi yang mengeluarkan suara. (QS. 20: 96)
Keajaiban itu segera dipertunjukkan Samiri kepada kaum Bani Israil.
“Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu
yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan
Musa, tetapi Musa telah lupa". (Thaha: 88)
Mereka lalu berduyun-duyun mendatangi patung anak sapi tersebut. Awalnya,
mereka hanya meminta dimudahkan segala urusan. Permohonan mereka ada yang
terkabulkan. Hal itu membuat mereka kian kagum. Mereka terpesona. Akhirnya,
semakin ramai orang yang menyambangi dan memohon pertolongan. Kini, mereka tak
sekadar meminta pertolongan, tapi juga menyembahnya. Patung anak sapi itu telah
menjadi berhala.
(nahimunkar.com/majalahtauhidullah.blogspot.com)
Komentar
Posting Komentar