(Sebuah pelajaran dari Al Qur’an surat
Yusuf)
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga
Allah senantiasa mengajarkan kepada kita sesuatu yang bermanfaat dalam firman
Allah yang bercerita tentang Nabi Yusuf Alaihissallam. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka
ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu
Ibrahim, Ishak, Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Allah.. [Yusuf:37-38]. Terdapat satu isyarat, bahwa agama yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim, Ishaq, Ya’qub dan Nabi Yusuf itu sama. Yaitu agama
tauhid, yang dibawa oleh semua para nabi alaihimus shalatu wassalam, sebagamana
firman Allah. Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama
yang satu dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku. [Al Anbiya’: 92].
Kepada agama inilah, Yusuf menyeru kepada
kedua temannya (yang di penjara). Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang
baik, rabb-rabb yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah)
nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan
suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan
Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Yusuf:39-40].
Demikian juga semua para nabi, mereka
berdakwah kepada agama ini, sebagaimana Allah berfirman. Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah thagut itu,” [An Nahl:36].
Dan firmanNya. Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya
tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku.” [Al Anbiya’:25].
Karenanya, seruan yang diucapkan oleh para
nabi kepada kaumnya selalu sama, yaitu: Wahai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tak ada Ilah bagimu selainNya. [Al A’raf:59].
Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, juga mengajak kepada agama (tauhid) ini. Ketika orang-orang kafir
Quraisy mengatakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami tidak pernah
mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain
hanyalah(dusta) yang diada-adakan. [Shad:7].
Allah Azza wa Jalla berfirman kepada
NabiNya. Katakanlah:”Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul.”
[Al Ahqaf:9] Maksudnya, saya bukanlah yang pertama,
namun saya ini adalah seorang pengikut.
Allah juga berfirman, Kemudian Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad):”Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif.” Dan
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb. [An Nahl:123].
Perkataan Nabi Yusuf Alaihissallam (Aku
tinggalkan), sejalan dengan firman Allah (Maka barangsiapa yang ingkar kepada
thagut). Sedangkan perkataan Nabi Yusuf (Aku ikuti) sejalan dengan firman Allah
(dan beriman kepada Allah). Jadi, keimanan itu mesti didahului pengingkaran.
Keimanan kepada Allah mesti didahului dengan pengingkaran terhadap semua (yang
dipertuhankan oleh manusia, pent) selain Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu,
kalimat tauhid mengandung dua makna ini. Ucapan “Lailaha” adalah pengingkaran terhadap
semua yang dipertuhan. Dan ucapan “Illallah” adalah keimanan kepada Allah
sebagai Ilah (yang berhak disembah).
Hidayah kepada tauhid merupakan karunia
Allah yang hanya diberikan kepada hambaNya yang dikehendaki. Sebagaimana
perkataan Nabi Yusuf Alaihissallam. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah
kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu
tidak mensyukuri(Nya). [Yusuf:38].
Sebagai peringatan atas karunia ini dan
agar jangan sampai hilang -kami katakan- demi memotivasi kepada tauhid dan
menjauhi syirk,“Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kesesatan yang nyata dan
kezhaliman yang besar.
Allah berfirman. Dan siapakah yang lebih
sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada
dapat memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) do’a mereka. [Al Ahqaf:5].
Dan firmanNya. Dan orang-orang kafir itulah
orang-orang yang zhalim. [Al Baqarah:254].
Dan firmanNya. Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, pada waktu memberi pelajaran kepadanya, ”Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezhaliman yang besar. ” [Luqman:13].
FirmanNya, Dan janganlah kamu menyembah
apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu
selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya
kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim. [Yunus:106]. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An
Nisa’:48]. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [An Nisa’:116].
Syirik termasuk penyebab terhapusnya
(nilai) amal perbuatan. Firman Allah. Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:”Jika kamu mempersekutukan (Allah),
niscaya amalmu akan terhapus dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.” [Az Zumar:65].
Dalam surat Al An’am -setelah menyebutkan
(kisah) beberapa nabi- Allah berfirman. “Itulah petunjuk Allah yang dengannya
Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Allah kehendaki di antara
hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan. [Al An’am:88].
Syirik menjadi penyebab kehinaan dan
kerendahan. Allah berfirman. “Janganlah kamu adakan ilah-ilah yang lain di
samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (oleh
Allah). [Al Isra’:22].
Dan firmanNya. “Dan janganlah kamu
mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan
ke neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). [Al
Isra’:39].
Syirik bisa menyebabkan pelakunya masuk
neraka dan menghalanginya dari mendapat magfirah (ampunan) dan keridhaan Allah.
Allah berfirman. “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun. [Al
Maidah:72].
Syirik termasuk perbuatan haram yang sangat
mendasar, sebagaimana firman Allah. “Katakanlah: ”Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Rabbmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia. [Al
An’am:151].
Dan firmanNya. “Katakanlah:”Rabbku hanya
mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk
itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu
ketahui.” [Al A’raf:33].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda. “Hindarilah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat
bertanya,“Apakah (tujuh perkara) itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,“Syirk
(menyekutukan) Allah, …” kemudian beliau melanjutkannya dan menyebutkan ketujuh
hal tersebut.
Dalam penyebutan kata “syirik” diurutan
terdepan terdapat isyarat, bahwa syirik merupakan dosa yang paling besar.
Dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya. “Maukah
kalian kuberitahu tentang dosa yang paling besar? Mereka menjawab,“Tentu, wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda,“Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang
tua.” Beliau bersabda sambil bersandar, lalu duduk dan bersabda (lagi),”Dan
ingatlah berkata dusta (termasuk dosa besar-pent).” Beliau mengulang-ulang
ucapan itu, sampai kami berkata,”Semoga beliau diam.”
Juga dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu
‘anhu, beliau berkata. “Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar? Beliau
menjawab,”Engkau menyekutukan Allah, padahal Dia telah menciptakanmu.”
Waspadalah dengan syirik, yang kecil maupun yang besar! Syirik itu (kadang) tidak lebih nampak dibandingkan dengan semut di atas batu hitam. Dan tidak ada yang merasa dirinya aman dari kesyirikan, kecuali orang-orang yang tidak mengetahui hakikat syirik dan tidak tahu pula apa yang menyebabkannya terbebas dari syirik. Adapun orang yang mengerti hakikat dan bahaya syirik, ia akan menjadi orang yang paling takut terhadap syirik. Nabi Ibrahim Alaihissallam berkata. “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,”Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” [Ibrahim:35].
Kemudian beliau menjelaskan penyebab dari
rasa takutnya, “Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan
kebanyakan manusia. [Ibrahim:36].
Jika seseorang sudah mengetahui, bahwa
banyak orang yang terjerembab ke dalam syirik akbar dan mereka sesat dengan
menyembah berhala, maka ia akan takut terjerembab seperti mereka.
Ibrahim At Taimi berkata,“Siapakah yang
merasa aman dari bala’ (syirik) setelah Nabi Ibrahim?” Maksudnya, jika Nabi
Ibrahim Alaihissallam sang kekasih Allah saja masih khawatir terjatuh ke dalam
kesyirikan, masih adakah orang yang tidak khawatir atas dirinya terjatuh ke
dalam kesyirikan setelah Nabi Ibrahim?
Syirik merupakan kezhaliman yang paling
zhalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil. Karena jika adil
(diartikan dengan, pent.) meletakkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan
kepada seseorang apa yang menjadi haknya tanpa mengurangi sedikitpun, maka
tauhid merupakan keadilan yang paling adil, karena tauhid merupakan hak Allah
atas hambaNya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Saya
(Mu’adz bin Jabal) membonceng Nabi di atas keledai. Beliau berkata
kepadaku,“Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba dan apa hak
hamba kepada Allah?” Saya jawab,“Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliau
bersabda,“Hak Allah atas hambaNya adalah agar mereka beribadah kepadaNya dan
tidak menyekutukanNya. Sedangkan hak hamba atas Allah adalah tidak menyiksa
orang yang tidak berbuat syirik.”
Jika tauhid merupakan hak, maka apabila
hamba-hambaNya telah mentauhidkanNya (menyerahkan kepada Allah yang menjadi
hakNya, pent.) berarti mereka telah berlaku adil dengan seadil-adilnya. Jika
mereka berbuat syirik, maka mereka telah berbuat zhalim. Karenanya, tauhid
merupakan kewajiban yang paling wajib. Allah berfirman.
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia [Al Isra’:23].
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An Nisa’:36].
Tauhid memiliki banyak keutamaan,
diantaranya:
Satu. Menyebabkan aman dari siksa pada hari kiamat. Allah berfirman. Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al An’am:82].
Dan firmanNya. Bahwasanya orang-orang yang
telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari
neraka, mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal
dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka Mereka tidak disusahkan oleh
kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para
malaikat. (Malaikat berkata):”Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu..
[Al Anbiya’:101-103].
Dua.Tauhid merupakan kunci masuk surga, sebagaimana perkataan Wahab
bin Munabbih, “Kunci syurga itu adalah lailaha illallah.”
Tiga. Dengan tauhid, Allah berkenan menghapus kesalahan-kesalahan,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits qudsi. Sesungguhnya
Allah akan menyelamatkan seorang manusia ………. Lalu Allah membentangkan 99
catatan amal di hadapan orang itu. Satu catatan (ukuran) sejauh mata memandang.
Kemudian Allah berfirman,”Adakah diantara catatan-catatan ini yang engkau
ingkari? Apakah penulis-penulisku telah menzhalimimu?” Orang itu menjawab,”‘Tidak
wahai Rabb!” Allah berfirman,”Apakah engkau mempunyai alasan?” Orang itu
menjawab,”Tidak wahai Rabb!” Allah berfirman,”Tentu. Sesungguhnya dalam catatan
kami, engkau punya kebaikan. Dan sesungguhnya hari ini engkau tidak akan
dizhalimi!” Lalu keluarlah sebuah kartu, tertulis padanya: asyhadu an la ilaha
illallah wa asyhadu anna muhammad rasulullah. Lalu Allah berfirman, ”Datangkanlah
timbanganmu!” Orang itu menjawab, ”Wahai Rabbku, apalah artinya satu kartu
ini dengan catatan-catatan amal (kejelekan) ini.” Allah
berfirman,”Sesungguhnya, engkau tidak akan dizhalimi.” Kemudian catatan-catatan
itu ditaruh pada salah satu sisi timbangan dan kartu di sisi yang lain.
Kemudian catatan-catatan amal itu menjadi ringan dan kartu itu menjadi berat,
tidak ada sesuatupun yang lebih berat dari nama Allah.
Selanjutnya ketahuilah wahai
saudara-saudaraku, semoga Allah merahmati kita.
Bahwa tauhid merupakan jalan tertinggi yang ditempuh manusia menuju Allah. Tauhid merupakan dakwah pertama para rasul. Mereka memulai dakwah dengan (menyampaikan) tauhid, sebelum (perkara) halal dan haram. Rasulullah tinggal di Mekkah selama 10 tahun atau lebih, senantiasa menyampaikan, “Wahai manusia, katakanlah laailaha illallah, kalian pasti akan beruntung.”
Ketika tauhid sudah tertanam di hati
mereka, barulah kemudian turun ayat-ayat fardhu, diawali dengan shalat. Tidak
bertambah sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah.
Kemudian perintah dan larangan berdatangan.
Rasul tidak perlu bekerja keras untuk mengarahkan mereka agar mentaatinya,
karena beliau sudah bekerja keras di Mekkah sehingga punahlah ikatan
kesyirikan. Ketika ikatan syirik sudah punah, maka ikatan-ikatan yang lainpun
punah. Kaum mukmin menjadi seperti yang diterangkan Allah. Sesungguhnya jawaban
orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul
mengadili diantara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh”. [An
Nur:51]
Karena pentingnya tauhid, maka ketika
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan-utusannya dan para
da’i ke suatu kaum, beliau memerintahkan mereka agar memulai dakwahnya dengan
tauhid, sebagaimana sabda beliau kepada Muadz bin Jabbal ketika di utus ke
Yaman, Sesungguhnya engkau akan mendatangi orang-orang ahli kitab, maka
hendaklah perkara pertama yang engkau dakwahkan ialah syahadat lailaha illallah
(agar mereka bersaksi, bahwa tidak ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah,
pent.) dan sesungguhnya saya adalah Rasulullah. Jika mereka sudah mentaati kamu
untuk itu, maka beritahukanlah mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada
mereka lima shalat sehari semalam. Jika mereka sudah taat, maka beritahulah
mereka, bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada orang-orang kaya lalu diberikan
kepada orang yang fakir. Jika mereka taat, maka hindarilah harta-harta berharga
mereka dan takutlah terhadap do’a orang-orang yang terzhalimi, karena
sesungguhnya antara do’a itu dengan Allah tidak ada hijab.
Maka wajib bagi setiap muslim untuk
memperhatikan aqidah ini, baik sebagai pelajaran ataupun pengajaran. Dan wajib
juga bagi setiap da’i dan guru untuk mendahulukan aqidah di atas segala
sesuatu, serta menjadikan aqidah sebagai skala prioritas. Karena baiknya amal
disebabkan aqidah yang baik dan buruknya amal akibat dari buruknya aqidah. “Tidakkah
kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Rabbnya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang
telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.” [Ibrahim:24-26].
(almanhaj.or.id/salamtauhid.com/majalahtauhidullah.blogspot.com)
Komentar
Posting Komentar