Keyakinan ini merupakan
salah satu keyakinan yang menodai tauhid seseorang karena keyakinan ini
bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur'an, hadits-hadits Nabi dan ijma'
salaf ash-shalih, dan akan meyeret kepada keyakinan-keyakinan salah lainnya.
Di antara kebatilan yang dikandung oleh keyakinan ini:
Pertama:
Keyakinan ini tidak selaras dengan dalil-dalil dari al-Qur'an maupun
as-Sunnah yang menunjukkan bahwa Allah bukan di mana-mana akan tetapi Allah Maha Tinggi, berada di
atas 'Arsy, dan 'Arsy berada di atas langit.
Saking
banyaknya dalil-dalil dari al-Qur'an dan as-Sunnah dalam masalah ini,
sampai-sampai banyak di antara para ulama Ahlus Sunnah, baik dari madzhab
syafi'i maupun dari madzhab lainnya, yang mengarang buku khusus untuk membahas
masalah ini. Di antara buku-buku itu:
- Al-'Arsy, karya Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah.
- Itsbat Shifat al-'Uluw, karya Ibnu Qudamah.
- Al-Iima' ila Mas'alah al-Istiwa', karya al-Qairawany.
- Risalah fi al-Istiwa' wa al-Fauqiyah, karya Abu Muhammad al-Juwainy.
- Al-Kalam 'ala Mas'alah al-Istiwa' 'ala al-'Arsy, karya Ibn Abdul Hadi.
- Kitab al-'Arsy, karya adz-Dzahaby.
- Kitab al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim, karya adz-Dzahaby.
- Ijtima' al-Juyusy al-Islamiyah, karya Ibn al-Qayyim.
- Mukhtashar al-'Uluw li adz-Dzahaby, karya al-Albany.
- Itsbat 'Uluw Allah, karya Hamud at-Tuwaijiry
- Itsbat 'Uluw Allah 'ala Khalqihi wa ar-Radd 'ala al-Mukhalifin, karya Usamah al-Qashshas.
Ini baru karya-karya
ilmiyah yang membahas masalah ini secara spesifik, belum kitab-kitab lain yang
dikarang oleh para ulama untuk menerangkan aqidah Ahlus Sunnah secara umum[68], yang
tentunya di dalamnya mereka menyebutkan masalah ini.
Adz-Dzahaby saja, dalam
kitabnya al-'Uluw, menyebutkan sekitar 14 dalil dari al-Qur'an yang menunjukkan
masalah ini[69].
Di antara dalil itu adalah firman Allah ta'ala,
]الرَّحْمَنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى[
طـه: 5
Artinya: "Yang Maha Pengasih (Allah)
berada di atas 'Arsy". QS. Thaha: 5.
Adapun
dalil dari hadits, adz-Dzahaby dalam kitabnya al-'Uluw saja menyebutkan
lebih dari 200 hadits yang menetapkan masalah ini[70]. Di antara
hadits-hadits itu, kisah dialog yang terjadi antara Rasulullah r dengan
seorang budak wanita:
(قال: أين الله؟ قالت:
في السماء. قال: من أنا؟. قالت: أنت رسول الله.قال: أعتقها فإنها مؤمنة). رواه
مسلم.
"Rasulullah bertanya (kepada budak
wanita itu): "Di manakah Allah?". Budak menjawab: "Di
langit". Rasulullah kembali
bertanya, "Siapakah aku?". Dia menjawab, "Engkau utusan
Allah". Maka Rasulullah pun
bersabda (kepada tuannya), "Merdekakanlah dia, sesungguhnya dia
seorang mukminah!". HR. Muslim[71].
Kalau
perkataan budak wanita itu keliru niscaya akan diluruskan oleh Rasulullah, akan
tetapi tatkala Beliau mendiamkannya, bahkan kemudian memerdekakannya dan mengatakan bahwa dia adalah
seorang mukminah, ini semua menunjukkan bahwa Beliau membenarkan
apa yang dia katakan.
Kedua:
Keyakinan ini menyelisihi ijma' (kesepakatan) salaf ash-shalih; Ahlus Sunnah
wal Jama'ah. Di antara para ulama yang menukil ijma' tersebut: Abu
al-Hasan al-Asy'ari yang berkata,
وأجمعوا على ...
أنه تعالى فوق سماواته على عرشه.
"Dan
mereka (ulama salaf) telah berijma' … bahwa sesungguhnya Allah ta'ala
berada di atas langit-Nya; di atas 'Arsy"[72].
Jadi,
para shahabat dan generasi salaf sesudah mereka telah sepakat bahwa Allah
berada di atas 'Arsy dan bukan di mana-mana. Adz-Dzahaby menukil perkataan sekitar 153 ulama Ahlus Sunnah
sesudah generasi para sahabat Nabi yang
menguatkan keyakinan ini[73].
Apakah
orang-orang yang mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana lebih alim dan lebih
paham al-Qur'an dan al-Hadits dari seluruh sahabat Nabi dan para
ulama salaf ash shalih sesudah zaman mereka???.
Ketiga: Keyakinan
bahwasanya Allah berada di mana-mana akan menyeret kepada keyakinan wihdatul
wujud (menyatunya Allah dengan makhluknya) atau istilah jawanya manunggaling
kawulo gusti. Sebab jika Allah berada di
mana-mana berarti Allah juga berada di dalam diri manusia dan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dan perlu diketahui bahwa keyakinan ini adalah
keyakinan kufur.
Al-Ajurry
menyampaikan nasehatnya,
فإني أحذر إخواني
المؤمنين مذهب الحلولية, الذي لعب بهم الشياطين فخرجوا بسوء مذهبهم عن طريق أهل
العلم إلى مذاهب قبيحة لا تكون إلا في مفتون هالك ... لا يوافق قولهم كتاب ولا سنة
وقول الصحابة رضي الله عنهم ولا قول أئمة المسلمين.
"Sesungguhnya
aku memperingatkan saudara-saudaraku kaum mu'minin untuk berhati-hati dari
pemahaman hululiyah (bahwasanya Allah menyatu dengan makhluknya). Syaithan
telah mempermainkan penganut pemahaman ini, sehingga dengan pemahaman yang
buruk ini mereka keluar dari jalan para ulama menuju kepada pemahaman-pemahaman
yang buruk, yang tidak dianut melainkan oleh orang yang terfitnah dan binasa…
Perkataan mereka tidak sesuai dengan al-Qur'an, as-Sunnah, perkataan para
sahabat radhiyallahu'anhum maupun perkataan para imam kaum muslimin"[74].
Keempat:
Keyakinan ini mengandung penghinaan terhadap Allah, sebab
-maaf- selokan, tempat sampah, wc dll juga tempat. Apakah Allah juga berada
di tempat-tempat itu?!. Na'udzubillah min dzalik.
Kelima:
Keyakinan ini dapat menjadi "senjata ampuh" kaum misionaris
dalam melancarkan kegiatan kristenisasi; yaitu dengan mengatakan bahwa
sebagaimana Allah ada di masjid, di
langit, di dalam diri orang shalih, wali dan kyai, Allah juga ada di gereja dan
dalam diri Yesus yang menurut kalian wahai umat Islam Yesus adalah Nabi Isa. Jika
demikian apa bedanya sampeyan beragama Islam atau beragama Kristen?
Footnote
[68]
Lihat contoh
dari buku-buku aqidah yang dikarang oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah
dalam kitab: Tarikh Tadwin al-'Aqidah as-Salafiyah, karya Dr. Abdussalam
bin Abdul Karim Barjas.
[69]
Silahkan dirujuk
di Kitab al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim: I/245-246, dan lihat pula Ijtima'
al-Juyusy al-Islamiyah, karya Ibn al-Qayyim hal: 96-97.
[70]
Silahkan dirujuk
di Kitab al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim: I/249-849.
[71]
HR. Muslim:
I/382 no:537.
[72]
Risalah ila
Ahl ats-Tsaghr
hal:231-232.
[73]
Lihat: Kitab
al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim: II/863-1376.
[74]
Kitab
asy-Syari'ah:
287, 288.
Komentar
Posting Komentar