Allah berfirman: "Dan Al Qur'an
ini telah diwahyukan kepadaku seraya dengannya aku menjelaskan kepada
kalian dan kepada orang-orang yang yang sampai Al Qur'an (kepadanya).
Apakah kalian mengakui ada tuhan-tuhan lain selain Allah? Katakanlah:
"Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia Tuhan Yang Maha Esa
dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
(dengan Allah)" (Al An'am: 19).
Allah berfirman: "Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih Putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (At Taubah: 31).
Allah berfirman: "Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih Putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (At Taubah: 31).
Allah berfirman: "Janganlah
kalian mengatakan: '(Tuhan itu) tiga', berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Suci Allah dari mempunyai anak." (An Nisa: 171)
Allah berfirman: "Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah kedua¬nya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mem¬punyai Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan mereka-lah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: 'Tunjukkanlah hujjahmu! Al Qur'an ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang sebelumku' Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak, karena itu mereka berpal¬ing. Dan kami mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian" (Al Anbiya': 21-25).
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi mengutus Mu'adz Bin Jabal ke Yaman, dan dari Umaiyah Bin Yahya bahwa dia mendengar Abu Ma'bad Musa Bin Abbas berkata: 'Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: 'Ketika Nabi mengutus Mu'adz ke Yaman beliau bersabda kepadanya: "Kamu akan mendatangi suatu kaum, dari ahli kitab. Maka, yang pertama kali harus kamu serukan kepada mereka adalah agar mereka mengesakan Allah . Bila mereka sudah mengerti hal itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka mengerjakan sholat lima waktu.."
Dengan dalil ini jelaslah, bahwa kewajiban pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam mengemban dakwah Islam adalah mengajak kepada 'tauhidullah' (pengesaan Allah). Setelah itu baru mengajak kepada hukum-hukum Allah. Adalah juga jelas, bahwa pernyataan yang mengatakan Allah mempunyai anak adalah tindakan penyekutuan kepada Allah, sebagaimana pernyataan bahwa ada Tuhan lain selain Allah. Juga merupakan kepastian, bahwa argumentasi tentang pengesaan Allah adalah argumentasi aqli, bukan argumentasi sam'i (naqli). Adapun dalil-dalil sam'i dalam Kitab dan Sunah tentang pengesaan Allah adalah pengukuhan terhadap dalil yang telah ditetapkan oleh akal. Sekaligus menjelaskan makna pengesaan Allah tersebut. Juga meskipun Islam adalah agama tauhid, sedangkan agama-agama yang lain tidak. Sebab, Yahudi menyatakan: "Uzair anak Allah", itu jelas syirik. Dan Nasrani menyatakan: "Al Masih anak Allah", itu pun jelas syirik. Sedangkan agama-agama paganisme lain nampak jelas kesyirikannya tidak berarti bahwa 'tauhid' tersebut hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan tidak kepada nabi-nabi yang lain. Ajaran 'tauhid' tersebut diturunkan kepada semua nabi. Dan tidak satu pun nabi, melainkan membawa ketauhidan. Firman Allah: "Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku." (Al Anbiya': 25) "Dan telah disyari'atkan kepadamu agama, yang juga telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyu¬kan kepadamu, dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa." (As Syuura: 13) Yaitu berupa ajaran tauhid. Buktinya, kelanjutan ayat tersebut adalah: "Tegakkanlah agama (tauhid itu), dan janganlah berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang musyrik (agama) yang kamu seru kepada mereka." (As Syura: 13)
Allah berfirman: "Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah kedua¬nya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mem¬punyai Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan mereka-lah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: 'Tunjukkanlah hujjahmu! Al Qur'an ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang sebelumku' Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak, karena itu mereka berpal¬ing. Dan kami mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian" (Al Anbiya': 21-25).
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi mengutus Mu'adz Bin Jabal ke Yaman, dan dari Umaiyah Bin Yahya bahwa dia mendengar Abu Ma'bad Musa Bin Abbas berkata: 'Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: 'Ketika Nabi mengutus Mu'adz ke Yaman beliau bersabda kepadanya: "Kamu akan mendatangi suatu kaum, dari ahli kitab. Maka, yang pertama kali harus kamu serukan kepada mereka adalah agar mereka mengesakan Allah . Bila mereka sudah mengerti hal itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka mengerjakan sholat lima waktu.."
Dengan dalil ini jelaslah, bahwa kewajiban pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam mengemban dakwah Islam adalah mengajak kepada 'tauhidullah' (pengesaan Allah). Setelah itu baru mengajak kepada hukum-hukum Allah. Adalah juga jelas, bahwa pernyataan yang mengatakan Allah mempunyai anak adalah tindakan penyekutuan kepada Allah, sebagaimana pernyataan bahwa ada Tuhan lain selain Allah. Juga merupakan kepastian, bahwa argumentasi tentang pengesaan Allah adalah argumentasi aqli, bukan argumentasi sam'i (naqli). Adapun dalil-dalil sam'i dalam Kitab dan Sunah tentang pengesaan Allah adalah pengukuhan terhadap dalil yang telah ditetapkan oleh akal. Sekaligus menjelaskan makna pengesaan Allah tersebut. Juga meskipun Islam adalah agama tauhid, sedangkan agama-agama yang lain tidak. Sebab, Yahudi menyatakan: "Uzair anak Allah", itu jelas syirik. Dan Nasrani menyatakan: "Al Masih anak Allah", itu pun jelas syirik. Sedangkan agama-agama paganisme lain nampak jelas kesyirikannya tidak berarti bahwa 'tauhid' tersebut hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan tidak kepada nabi-nabi yang lain. Ajaran 'tauhid' tersebut diturunkan kepada semua nabi. Dan tidak satu pun nabi, melainkan membawa ketauhidan. Firman Allah: "Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku." (Al Anbiya': 25) "Dan telah disyari'atkan kepadamu agama, yang juga telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyu¬kan kepadamu, dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa." (As Syuura: 13) Yaitu berupa ajaran tauhid. Buktinya, kelanjutan ayat tersebut adalah: "Tegakkanlah agama (tauhid itu), dan janganlah berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang musyrik (agama) yang kamu seru kepada mereka." (As Syura: 13)
Yaitu barupa ajaran tauhid.
Banyak
ayat yang datang (ketika itu) tentang tauhid, karena ketika Rasulullah diutus praktek kesyirikan tersebar luas ke semua persada bumi.
Maka, merupakan sebuah keharusan untuk membuka telinga orang-orang itu
dalam banyak ayat tersebut dengan ketauhidan.
Sedangkan keyakinan
adanya Allah, sesungguhnya merupakan keyakinan fitri yang ada dalam
diri manusia. Dan akal pikiran akan dengan sendirinya mendapatkan
petunjuk tentang adanya Allah tadi dari adanya benda-benda. Karena itu,
kita tidak banyak menemukan ayat-ayat Al Qur'an membahas tentang adanya
Allah. Kebanyakan ayat-ayat itu adalah yang mengajak memperhatikan
captaan-ciptaan Allah: "Maka, hendaklah manusia itu memperhatikan dari apa yang ia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar." ( At Thariq: 5-6) "Tidakkah
mereka melihat bagaimana unta itu diciptakan. Kepada langit, bagaimana
ia ditinggikan. Kepada gunung-gunung bagaimana ia ditancapkan. Kepada
bumi, bagaimana ia dihamparkan." (Al Ghosyiyah: 17-20)
Namun, kebanyakan ayat-ayat tauhid dalam banyak surat mempergunakan argumentasi logik (burhan aqli): "Kalau seandainya, di langit dan bumi ada Tuhan selain Allah, niscaya keduanya akan binasa". (Al Anbiya': 21) "Bila
mereka kamu tanya: 'Siapa yang menciptakan langit dan bumi, Yang
menundukkan matahari dan bulan?', pasti mereka akan menjawab: 'Allah'." (Luqman: 25) "Bila
mereka kamu tanya: 'Siapa yang menurunkan air dari langit, kemudian
dengan hujan itu Dia menghidupkan bumi setelah ia mati'. Pasti mereka
akan mengatakan: 'Allah'." (Al Ankabut: 63) "Bila kamu bertanya kepada mereka: 'Siapa yang mencip¬takan mereka'. Pasti mereka akan mengatakan: 'Allah'." (Az Zukhruf: 87)
Al
Qur'an memberikan perhatian yang penuh terhadap tauhid, sebab
kesyirikan kepada Allah merupakan masalah umum yang menjalar ke semua
umat manusia. Juga karena bahaya syirik kepada Allah senantiasa ada
setiap saat. Manusia telah dihadapkan kepada kesyirikan setiap waktu,
sebab akal memang memahami adanya Allah secara inderawi namun akal pun
tidak kuasa menyibak dzat-Nya. Maka, manusia selalu beriman kepada Allah
dus juga beriman, bahwa dia mustahil menjangkau dzat-Nya. Bila kemudian
ia sanggup menjangkau dzat-Nya, niscaya itu bukanlah Tuhan.
Hanya
saja kebanyakan orang tidak sanggup menjangkau 'ruhiyah' dan
'maknawiyah' tersebut dengan bukti inderawi (untuk meyakini) adanya
'ruhiyah' dan 'maknawiyah' tadi kemudian mencoba menggambarkan dengan
bentuk tertentu agar bisa mengenalinya. Mereka kemudian menggambarkan
bentuk Tuhan tadi dengan benda fisik yang bisa mereka indera, maka
dengan begitu dia telah jatuh dalam kesyirikan. Inilah yang selalu
muncul dalam benak manusia setiap saat. Terutama, bila keyakinanya tidak
dibangun dengan argumentasi inderawi. Namun hanya beriman dengan
melalui perasaan.
Karena itu, Islam mengukuhkan ketauhidan
tersebut dengan pengukuhan yang gamblang hingga anda tidak melangkah
kemudian jatuh tersungkur dalam kesyirikan. Manusia tahu, bahwa Allah
itulah satu-satunya yang harus disembah. Sebab Dialah satu-satunya sang
Pencipta. Sementara itu, anda pun menemukan orang yang beriman kepada
Allah tetapi tetap menyembah api, lembu, dan menyembah berhala. Padahal
mereka mengakui adanya Allah, namun mereka menyekutukannya dengan Allah
dalam beribadah. Dia juga tahu, bahwa do'a agar semua kebutuhan itu
terkabul hanya kepada Allah, namun ternyata dia meminta kepada
orang-orang yang diyakini sebagai orang yang paling bertakwa dan taat.
Padahal dia juga tahu, bahwa mereka yang dia pinta itu adalah manusia,
hamba Allah juga. Dia juga tahu, bahwa Allah-lah Yang memberi kesembuhan
dari penyakit. Dia jua-lah Yang bisa menolak kegaiban serta melindugi
dari keburukan. Tetapi, tetap saja dia menjadikan nadzarnya kepada
manusia, bila Allah menyembuhkan penyakitnya, atau menolak kegaiban
(yang merasukinya), atau keluarganya selamat dari musuhnya.
Demikianlah,
semuanya ini dan sebagainya adalah praktik kesyirikan kepada Allah
dalam beribadah, do'a, atau niat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
sebagainya. Bila perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tak perlu
ditakwilkan bahwa ia adalah ibadah misalnya shalat, maka (bila
dilakukan) merupakan syirik yang pelakunya telah menjadi kufur. Namun,
bila masih memerlukan penakwilan, seperti nadzar kepada selain Allah,
sedangkan pelakunya tidak yakin terhadap pengaruh orang yang dinadzari,
maka perbuatan itu tidak menjadikan pelakunya kufur. Namun itu tetap
haram yang tidak boleh dilakukan seorang muslim.
Karena itu,
bahaya syirik senantiasa ada setiap saat. Untuk menangkalnya tauhid
tersebut harus senantiasa diperkukuh terus-menerus. Hendaknya kaum
muslimin memperhatikan keyakinan-keyakinan dan tindakan-tindakan mereka
agar tidak terasuki sedikit pun oleh kesyirikan. Juga agar mereka
memurnikan ketauhidan mereka semata-mata hanya kepada Allah SWT. Dan
seyogyanya mereka tahu, bahwa makna 'LAILAHA ILLA ALLAH' adalah tidak
ada Sang Pencipta, Pemberi rizki, Yang Maha Menghidupkan, Mematikan,
Memuliakan, serta Menghinakan selain Allah. Hendaknya mereka senantiasa
berhati-hari terhadap kemauan hawa nafsu mereka yang mendorong melakukan
syirik kepada Alalh dalam tindakan-tindakan mereka. Sehingga mereka
tidak terkena firman Allah: "Apakah kamu melihat orang yang menjadikan kemauannya sebagai Tuhan, lalu Allah membiarkan tersesat dengan ilmu-Nya." (Al Jasiyah: 23)
(Brilly/majalahtauhidullah.blogspot.com)
> Dapatkan majalah donatur Tauhidullah gratis setiap bulan! Hubungi Ustadz Ridwan di 031 71119071 (Flexi) atau Brilly di 082140888638 (Simpati)
Ngaji online juga di faidahislamiyyah.blogspot.com yuk!
Komentar
Posting Komentar