1. Membebaskan manusia dari jeleknya kehinaan dan ketundukan kepada makhluk lainnya.
manusia adalah makhluk yang lemah,tidak mampu menguasai untuk dirinya manfaat, bahaya,kematian,kehidupan dan tidak pula kebangkitan. Yang demikian karena terkadang makhluk tersebut adalah benda mati,tidak mampu berbicara,pepohonan,kayu yang dipahat ataukah batu. Dan terkadang makhluk tersebut adalah bintang di langit,matahari,bulan,ataukah kuburan yang diagungkan. Ataukah makhluk tersebut adalah para dukun,tukang ramal,tukang sihir yang fajir,ataukah dia adalah pengikut hawa nafsu. Dan dia adalah sesuatu yang paling berbahaya terhadap jiwa. Allah Ta’alaa berfirman : al jatsiyah : 23 “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Jika engkau merasa heran,maka heranlah terhadap jiwa-jiwa manusia yang sakit. Yaitu ketika mereka terikat terhadap syaiton dan hawa nafsunya dan menjadikannya sebagai Illah (sesembahan) nya serta meninggalkan podasi yang utama yaitu: beribadah kepada sesembahan yang benar, yang bersendirian dalam penciptaan,pemberian rizki,pemberian hidayah dan pengaturan seluruh alam tanpa adanya sekutu,pembantu ataupun tandingan. Allah Ta’alaa berfirman : saba’: 22 Katakanlah: ” Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
2. Mengarahkan hati, akal dan anggota badan manusia untuk bergantung hanya kepada Allah
Allah telah menjadikan bagi manusia pendengaran, penglihatan, hati, seluruh anggota badan dan panca indra agar meraka menjadi orang-orang yang bersyukur. Bahkan seluruh apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi dijadikan untuk menjadi sarana yang akan mengantarkan manusia kepada keridhoan Allah, dan mengantarkan mereka kepada negri kemuliaan dan kebahagiaan dalam keluasan Allah. Dan Allah telah memerintah mereka agar mennjadi hamba yang merdeka, ikhlas kepada Allah. Tidak ada sekutu, penolong dan tidak pula tandingan-tandingan bersama Allah. Bahkan sebagaimana firman Allah: al baqorah: 156 “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita kembali”
Allah telah mencatat, tidaklah Dia mewakilkan kepada akal hamba-hamba-Nya untuk beribadah sesuai kehendaknya. Akan tetapi Allah mengutus para Rosul kepada mereka sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, serta menurunkan kitab-kitab-Nya dan menjadiknnya sebagai penjelas terhadap segala sesuatu, sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
Ini adalah kemerdekaan yang sebenarnya bagi manusia. Maka Allah mengharamkan bagi mereka untuk memalingkan sesuatu dari amalan-amalan hati, amalan anggota badan terhadap manusia yang semisalnya bagaimanapun kedudukannya, meskipun dia memiliki kekuatan.
Adapun musuh-musuh aqidah ini, mereka menjelaskan kemerdekaan manusia adalah dengan meninggalkan hukum-hukum agama yang lurus ini, menolak aqidah yang diridhoi Allah agar berlindung dibawah kebebasan dan berjalan mengikuti syahwat syaiton yang akan mengantarkan kepada kejelekan, musibah akhlak yang rendah. Dan pada masa sekarang sangat disayangkan sekali banyak orang-orang yang menyandakan dirinya kepada Islam, mereka menyambut seruan menyesatkan yang datang dari musuh-musuh Islam ini. Mereka mengikuti musuh-musuh Islam. Mereka menganggap syari’at Allah ini adalah perkara yang kaku, kasar, tidak berprikemanusiaan, tidak layak lagi dijaman ini dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Hal ini disebabkan mereka tidak mau mempelajari agama yang lurus ini, dan tidak mau mempelajari syari’at yang mulia. Mereka juga lebih mengedepankan hawa nafsunya dibandingkan mengedepankan apa yang datang dari wahyu Allah yaitu Al Quran dan Hadits Nabi
3. Mengikhlaskan niat pada seluruh ibadah
Ini mencakup seluruh ibadah, baik yang dilakukan anggota badan ataupun dikerjakan dengan harta. Seorang yang beribadah harus memaksudkan mengharap wajah Allah dan negri akhirat. Hal ini sebagaimana sabda Nabi: “sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya. Dan bagi seseorang apa yang dia niatkan…” muttafaqun ‘alaihi
Demikian juga ketika seseorang meninggalkan perkara yang haram atau makruh, maka harus mengikhlaskan untuk Allah, bukan karena riya, ingin didengar, bukan pula karena cinta ketenaran atau pula pujian. Allah Ta’alaa berfirman Al kahfi: 110 “ barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
4. Ketenangan jiwa dan pikiran
Yang demikian karena aqidah yang benar adalah keistimewaan yang besar dan keutamaan yang agung. Dengan aqidah yang benar akan mengantarkan hamba kepada penciptanya. Tidak diragukan lagi, aqidah yang benar akan memberikan kelapangan jiwa, ketenangan pikiran dan bersih serta kekokohan hati.
Berbeda dengan orang-orang yang beraqidah batil, maka kebimbangan dan keraguan senantiasa ada pada jiwa dan pikiranya. Dan ini telah terbuktikan pada orang-orang yang membangun aqidahnya diatas ilmu mantik, filsafat dan lain sebagainya.
5. Selamatnya niat dan amalan
Aqidah yang benar akan menyelamatkan seluruh niat dan amalan dari penyimpangan aqidah, penyimpangan ibadah dan penyimpangan dalam muamalah. Tujuan ini tidak mungkin tercapai kecuali dengan mentaati Allah dan Rosul-Nya. Yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Maka barangsiapa yang beramal dengan apa yang dibawa Nabi, dan Nabi menyeru manusia untuk mengerjakannya, maka dia terbebas dari penyimpangan. Akan tetapi barangsiapa berpaling dari apa yang datang dari Nabi, dan mengikuti perkara yang tidak diajarkan Nabi serta mengikuti hawa nafsu maka dia telah menyimpang dari jalan yang lurus.
6. Memotifasi untuk bersungguh-sungguh terhadap segala yang akan mengantarkan kepada ridho Allah dan menjaga dari kemurkaan-Nya
Yang demikian dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalnkan perintah-Nya dan menjauhi beermaksiat kepada-Nya sepanjang umurnya. Ini adalah kehidupan yang barokah yang akan menghasilkan balasan yang baik dinegri dunia maupun negri akherat. Sebagaimana firman Allah An Nahl: 97 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”.
7. Membentuk umat yang kuat dalam aqidah dan imannya
Demikian juga, aqidah islam akan menguatkan ummat pada fisik mereka, ketulusan, keikhlasan, ibadah-ibadah, muamalah, akhlak, prilakunya dan kuaatnya usaha mereka didunia agar mampu memakmurkan dunia sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Juga kuatnya usaha mereka untuk akheratnya agar mendapat pahala Allah. Dan hal tersebut tidak akan terwujud pada suatu ummat sampai mereka mendahulukan kebenaran dari kebatilan, mendahulukan petunjuk atas kesesatan, mendahulukan kebaikan atas kejelekan, mendahulukan akhlak yang terpuji atas akhlak yang rendahan, mendahulukan jihad dijalan Allah atas seluruh kesenangan hidup, mendahulukan menampakkan kalimat kebenaran atas diamnya ketika batasan-batasan Allah dilanggar. Allah ta’aala berfirman An Nur;50 “ Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka Itulah orang-orang yang zalim”.
Dan dalam surat Al Hajj; 41 “ (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
manusia adalah makhluk yang lemah,tidak mampu menguasai untuk dirinya manfaat, bahaya,kematian,kehidupan dan tidak pula kebangkitan. Yang demikian karena terkadang makhluk tersebut adalah benda mati,tidak mampu berbicara,pepohonan,kayu yang dipahat ataukah batu. Dan terkadang makhluk tersebut adalah bintang di langit,matahari,bulan,ataukah kuburan yang diagungkan. Ataukah makhluk tersebut adalah para dukun,tukang ramal,tukang sihir yang fajir,ataukah dia adalah pengikut hawa nafsu. Dan dia adalah sesuatu yang paling berbahaya terhadap jiwa. Allah Ta’alaa berfirman : al jatsiyah : 23 “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Jika engkau merasa heran,maka heranlah terhadap jiwa-jiwa manusia yang sakit. Yaitu ketika mereka terikat terhadap syaiton dan hawa nafsunya dan menjadikannya sebagai Illah (sesembahan) nya serta meninggalkan podasi yang utama yaitu: beribadah kepada sesembahan yang benar, yang bersendirian dalam penciptaan,pemberian rizki,pemberian hidayah dan pengaturan seluruh alam tanpa adanya sekutu,pembantu ataupun tandingan. Allah Ta’alaa berfirman : saba’: 22 Katakanlah: ” Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
2. Mengarahkan hati, akal dan anggota badan manusia untuk bergantung hanya kepada Allah
Allah telah menjadikan bagi manusia pendengaran, penglihatan, hati, seluruh anggota badan dan panca indra agar meraka menjadi orang-orang yang bersyukur. Bahkan seluruh apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi dijadikan untuk menjadi sarana yang akan mengantarkan manusia kepada keridhoan Allah, dan mengantarkan mereka kepada negri kemuliaan dan kebahagiaan dalam keluasan Allah. Dan Allah telah memerintah mereka agar mennjadi hamba yang merdeka, ikhlas kepada Allah. Tidak ada sekutu, penolong dan tidak pula tandingan-tandingan bersama Allah. Bahkan sebagaimana firman Allah: al baqorah: 156 “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita kembali”
Allah telah mencatat, tidaklah Dia mewakilkan kepada akal hamba-hamba-Nya untuk beribadah sesuai kehendaknya. Akan tetapi Allah mengutus para Rosul kepada mereka sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, serta menurunkan kitab-kitab-Nya dan menjadiknnya sebagai penjelas terhadap segala sesuatu, sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
Ini adalah kemerdekaan yang sebenarnya bagi manusia. Maka Allah mengharamkan bagi mereka untuk memalingkan sesuatu dari amalan-amalan hati, amalan anggota badan terhadap manusia yang semisalnya bagaimanapun kedudukannya, meskipun dia memiliki kekuatan.
Adapun musuh-musuh aqidah ini, mereka menjelaskan kemerdekaan manusia adalah dengan meninggalkan hukum-hukum agama yang lurus ini, menolak aqidah yang diridhoi Allah agar berlindung dibawah kebebasan dan berjalan mengikuti syahwat syaiton yang akan mengantarkan kepada kejelekan, musibah akhlak yang rendah. Dan pada masa sekarang sangat disayangkan sekali banyak orang-orang yang menyandakan dirinya kepada Islam, mereka menyambut seruan menyesatkan yang datang dari musuh-musuh Islam ini. Mereka mengikuti musuh-musuh Islam. Mereka menganggap syari’at Allah ini adalah perkara yang kaku, kasar, tidak berprikemanusiaan, tidak layak lagi dijaman ini dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Hal ini disebabkan mereka tidak mau mempelajari agama yang lurus ini, dan tidak mau mempelajari syari’at yang mulia. Mereka juga lebih mengedepankan hawa nafsunya dibandingkan mengedepankan apa yang datang dari wahyu Allah yaitu Al Quran dan Hadits Nabi
3. Mengikhlaskan niat pada seluruh ibadah
Ini mencakup seluruh ibadah, baik yang dilakukan anggota badan ataupun dikerjakan dengan harta. Seorang yang beribadah harus memaksudkan mengharap wajah Allah dan negri akhirat. Hal ini sebagaimana sabda Nabi: “sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya. Dan bagi seseorang apa yang dia niatkan…” muttafaqun ‘alaihi
Demikian juga ketika seseorang meninggalkan perkara yang haram atau makruh, maka harus mengikhlaskan untuk Allah, bukan karena riya, ingin didengar, bukan pula karena cinta ketenaran atau pula pujian. Allah Ta’alaa berfirman Al kahfi: 110 “ barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
4. Ketenangan jiwa dan pikiran
Yang demikian karena aqidah yang benar adalah keistimewaan yang besar dan keutamaan yang agung. Dengan aqidah yang benar akan mengantarkan hamba kepada penciptanya. Tidak diragukan lagi, aqidah yang benar akan memberikan kelapangan jiwa, ketenangan pikiran dan bersih serta kekokohan hati.
Berbeda dengan orang-orang yang beraqidah batil, maka kebimbangan dan keraguan senantiasa ada pada jiwa dan pikiranya. Dan ini telah terbuktikan pada orang-orang yang membangun aqidahnya diatas ilmu mantik, filsafat dan lain sebagainya.
5. Selamatnya niat dan amalan
Aqidah yang benar akan menyelamatkan seluruh niat dan amalan dari penyimpangan aqidah, penyimpangan ibadah dan penyimpangan dalam muamalah. Tujuan ini tidak mungkin tercapai kecuali dengan mentaati Allah dan Rosul-Nya. Yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Maka barangsiapa yang beramal dengan apa yang dibawa Nabi, dan Nabi menyeru manusia untuk mengerjakannya, maka dia terbebas dari penyimpangan. Akan tetapi barangsiapa berpaling dari apa yang datang dari Nabi, dan mengikuti perkara yang tidak diajarkan Nabi serta mengikuti hawa nafsu maka dia telah menyimpang dari jalan yang lurus.
6. Memotifasi untuk bersungguh-sungguh terhadap segala yang akan mengantarkan kepada ridho Allah dan menjaga dari kemurkaan-Nya
Yang demikian dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalnkan perintah-Nya dan menjauhi beermaksiat kepada-Nya sepanjang umurnya. Ini adalah kehidupan yang barokah yang akan menghasilkan balasan yang baik dinegri dunia maupun negri akherat. Sebagaimana firman Allah An Nahl: 97 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”.
7. Membentuk umat yang kuat dalam aqidah dan imannya
Demikian juga, aqidah islam akan menguatkan ummat pada fisik mereka, ketulusan, keikhlasan, ibadah-ibadah, muamalah, akhlak, prilakunya dan kuaatnya usaha mereka didunia agar mampu memakmurkan dunia sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Juga kuatnya usaha mereka untuk akheratnya agar mendapat pahala Allah. Dan hal tersebut tidak akan terwujud pada suatu ummat sampai mereka mendahulukan kebenaran dari kebatilan, mendahulukan petunjuk atas kesesatan, mendahulukan kebaikan atas kejelekan, mendahulukan akhlak yang terpuji atas akhlak yang rendahan, mendahulukan jihad dijalan Allah atas seluruh kesenangan hidup, mendahulukan menampakkan kalimat kebenaran atas diamnya ketika batasan-batasan Allah dilanggar. Allah ta’aala berfirman An Nur;50 “ Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka Itulah orang-orang yang zalim”.
Dan dalam surat Al Hajj; 41 “ (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Komentar
Posting Komentar