Santri Pondok Pesantren Hamalatul Quran Gunung Sempu
Dalam sebuah sambutannya* yang bertajuk Arti Tauhid terhadap acara nuzulul quran yang diadakan di istana negara, Soekarno selaku kepala Negara Indonesia mengatakan:
“Tuhan kekal abadi(1). Tuhan satu(2). Dan kepercayaan(3) kepada tuhan satu inilah, tauhid inilah, yang menjadi api yang berkobar-kobar menyala-nyala di dalam Quran(4) itu. Dan jikalau api ini telah berkobar-kobar dan menyala-nyala pula di dalam dadanya(5) seseorang manusia, manusia yang demikian itu menjadi manusia yang, sebagaimana(6) yang dikatakan saudara(7) Hamka(8), tidak takut akan mati(9).”
Berikut videonya.
Penjelasan dan syarahnya:
(1) “Tuhan kekal abadi.” Tidak ada seorang pun, kecuali segelintir orang yang nyeleneh, yang mengingkari kekekalan, keabadian, dan kelanggengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Bahkan ketika seluruh alam hancur dan musnah di saat berlangsungnya har
kiamat, Allah tetap hidup. Dalil-dalil yang menunjukkan kekelan Allah
sangatlah banyak, lebih banyak dari yang disangka dan dikira. Sebelum
dalil-dalil dari Al Quran dan Sunnah, dalil naluri dan fitrah telah
menyetujuinya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).” [QS Al Baqoroh: 255]
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“ Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [QS Ar Rohman: 26-27]
…
(2) “Tuhan satu.” Inilah tauhid.
Menurut bahasa, tauhid adalah mashdar dari wahhada-yuwahhidu-tauhida yang bermakna menjadikan sesuatu menjadi satu.
Adapun menurut istilah syariat, tauhid
adalah mengesakan Allah dalam segala sesuatu yang menjadi kekhususan
Allah berupa kerububiyahan, uluhiyahan, dan asma’ dan shifat-Nya.
Dari definisi ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa tauhid ada tiga macam, yaitu:
1. Tauhid rububiyyah, yaitu mengesakan Allah Ta’ala dalam penciptaan, pengrajaan, dan pengaturan.
2. Tauhid uluhiyyah atau biasa disebut
tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam peribadatan. Maka ibadah
hanya boleh diperuntukkan Allah semata.
3. Tauhid asma’ dan shifat, yaitu
mengesakan Allah Jalla wa ‘Ala dalam asma’ dan shifatnya yang berporos
pada dua poros, itsbat dan nafy. Itsbat, menetapkan seluruh nama dan
shifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya melalui kitab-Nya atau lisan
rosul-Nya. Nafy, menafikan penyerupakan kepada selain-Nya. “Tidak ada satu pun yang serupa dengan-Nya. Dan dia Mahamendengar Mahamengetahui.” [QS Asy Syuro: 11]
Dalil-dalil yang menunjukkan semua macam
tauhid ini sangat banyak yang bertebaran dalam Al Quran dan Sunnah.
Namun ada satu ayat di surat Maryam, tepatnya di ayat ke-65, yang
mencakup semua jenis tauhid ini, yaitu:
رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا
“Tuhan (yang menguasai) langit dan
bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan
berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
(3) “Dan kepercayaan.” Kepercayaan atau iman.
Secara bahasa, iman adalah muthlak percaya.
Menurut istilah syariat, iman adalah
meyakini dengan hati, diucapkan oleh lisan, dan dibenarkan oleh hati.
Inilah iman menurut keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah.
(4) “Menjadi api yang berkobar-kobar menyala-nyala di dalam Quran.” Maksudnya, tauhid merupakan ajaran yang paling didakwahkan dan diserukan oleh Al Quran, terutama tauhid jenis kedua (uluhiyyah).
Karena tidaklah suatu ayat kecuali mengandung ajaran tauhid. Dan tauhid
merupakan agama semua rosul. Allah berfirman [QS Al Anbiya’: 25]:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus
seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:
‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku’.”
Di antara bukti yang menunjukkan bahwa agama seluruh nabi dan rosul itu satu, yaitu tauhid, adalah firman Allah:
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” [QS Asy Syu’aro’: 105]
كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ
“Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul.” [QS Asy Syu’aro’: 123]
Dan ayat yang semisal.
Segi pendalilannya adalah sebagai
berikut: telih diketahui bersama bahwa kaum Nuh dan kaum ‘Ad hanya ada
satu rosul, yaitu Nabi Nuh untuk kaum Nuh dan Nabi Hud untuk kaum ‘Ad.
Namun demikian, kenapa Allah mengatakan bahwa kaum Nuh dan kaum ‘Ad
telah mendustakan para rosul? Jawbannya adalah karena ajaran semua rosul
itu sama, maka jika ada seseorang atau suatu kaum yang mendustakaan
seorang rosul, seakan-akan dia telah mendustakan seluruh rosul.
(5) “…api ini telah berkobar-kobar dan menyala-nyala pula di dalam dadanya.” Artinya jika tauhid itu telah tertancap kokoh di hati seorang muslim yang tidak lagi ragu sedikit pun.
(6) “…sebagaimana.” Di sini Soekarno hendak menyitir pendapat seorang ulama dan ahli ilmu. Dan demkianlah sepantasnya. Meski beliau adalah seorang presiden dan kepala negara. Karena manusia mana pun tidak akan lepas dari ulama dan ahli ilmu. Oleh karena itu, Al Hasan Al Bashri rohimahulloh mengatakan, “Seandainya bukan karena ulama, pasti manusia sudah selayaknya hewan.”
(7) “Saudara.” Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” [QS Al Hujarat: 10]
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin adalah saudara mukmin lainnya.”
Di sini seorang Sukarno hendak
mengajarkan kepada rakyatnya agar tidak menyebutkan saudaranya sesama
muslim langsung namanya, namun didahului dengan kata-kata “saudara”.
Tentu jika yang disebut sepadan atau dibahawahnya, namun jika di atasnya
sekelas ulama, hendaknya didahului kata-kata “buya”, “ustadz”, atau
semacamnya.
(8) “Hamka.” Hamka merupakan nama seorang ulama kenamaan asal Sumatera Barat yang nama aslinya adalah Dr. Haji ‘Abdul Malik bin ‘Abdul Karim bin Amrulloh rohimahulloh yang kemudian disingkat dan terkenal dengan HAMKA. Beliau termasuk dari tiga ulama negeri ini yang mendapatkan anugerah doctor houcosha dari Universitas Al Azhar Mesir karena keilmuan dan kegigihannya dalam menyebarkan Islam.
Dr. Hamka adalah ketua MUI pertama
Indonesia yang terkenal dengan pendiriannya. Beliau sangat gigih dalam
memperjuangkan Islam. Di antara yang membuktikan kegigihannya adalah
saat beliau mengeluarkan fatwa haramnya ikut serta dan mengucapkan
selamat hari natal kepada kaum Nasrani. Namun Presiden Suharto tidak
menyetujinya dan meminta Hamka agar mencabut fatwa tersebut. Karena
tidak mau mencabutnya, maka beliau lebih memilih keluar dari MUI
daripada harus membela kebatilan dan kesesatan.
Ustadz Hamka memiliki banyak karya tulis
ilmiah yang bisa dikritisi sebagaimana umumnya kitab dan buku karya
manusia manapun. Di antara karya-karyanya yang terkenal adalah:
1. Tafsir Al Azhar, 30 jilid atau 10 jilid besar.
2. Sejarah Ummat Islam, 3 jilid.
3. Ayahku, Riwayat Hidup Dr. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, 360 halaman.
4. Dari Perbendaharaan Lama
(9) “…tidak takut akan mati.” Maka siapa saja yang memiliki tauhid yang kuat menghujam pada dirinya, dia tidak akan pernah takut mati. Kenapa bisa begitu? Jawabnya karena orang yang bertauhid berkeyakinan bahwa kematian itu akan datang kapan pun jika Allah menghendaki. Selain itu karena tauhid memiliki banyak keutamaan yang tentunya akan didapat orang yang meyakininya.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
”Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” [QS Al An’am: 82]
Dari ‘Ubadah bin Ash Shomit rodhiyallohu ‘anhu, beliau mengatakan, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa
yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
semata tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwasannya Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya, bahwasannya ‘Isa hamba Allah dan utusan-Nya, kalimat-Nya
dilontarkan kepada Maryam berupa ruh ciptaan-Nya, surga itu haq, dan
neraka juga haq, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surge seberapa
pun amalnya.” [HR Al Bukhori dan Muslim]
Dari Abu Sa’id Al Khudri rodhiyallohu ‘anhu, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Musa
‘alaihissalam berkata, ‘Wahai Robb-ku, ajarilah aku sesuatu yang bisa
aku pakai berdzikir dan berdoa kepada-Mu dengannya.’ Allah berfirman,
‘Wahai Musa, katakan Laa ilaaha illallah.’ Musa berkata,
‘Wahai Robb-ku, semua hamba-Mu mengatakan ini.’ ‘Wahai Musa,’ jawab
Allah, ‘Seandainya langit yang tujuh beserta penduduknya selain Aku dan
bumi yang tujuh di satu daun timbangan dan Laa ilaaha illallah اdi daun timbangan, pastilah lebih berat Laa ilaaha illallah.” [HR Ibnu Hibban, Al Hakim dan beliau nilai shohih –disepakati Adz Dzahabi-, dan Al Baihaqi]
(brilly/majalahtauhidullah.blogspot.com)
Download majalah Tauhidullah edisi Desember 2014 di gambar berikut.
(brilly/majalahtauhidullah.blogspot.com)
Download majalah Tauhidullah edisi Desember 2014 di gambar berikut.
Komentar
Posting Komentar