Perlu kita ketahui bersama bahwa hati setiap
mukmin tidak akan menjadi baik tanpa pondasi utama, yang telah dijelaskan
dengan gamblang oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu tauhid kepada Allah Ta’ala dan
memurnikan ibadah hanya kepada-Nya.
Tauhid yang murni dan bersih adalah pondasi
utama tegaknya langit dan bumi. Allah Ta’ala berfirman,
(لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا
فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ )
[الأنبياء:22]
“Sekiranya ada di langit dan di bumi
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
(Al-Anbiyaa: 22)
Karena tauhid pula, manusia dan jin diciptakan.
Allah ‘‘Azza wa Jalla berfirman,
(لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا
فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ )
[الأنبياء:22]
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat: 56)
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah!
Tauhid memiliki beberapa keutamaan, antara
lain menghalangi seorang muwahhid kekal di neraka. Sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
عَنْ عُبَادَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ
شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ
وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ.”
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang hak kecuali Allah semata dengan tidak menyekutukan-Nya dan
bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya dan (bersaksi) bahwa ‘Isa adalah
hamba Allah, utusan-Nya dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh
dari-Nya, dan surga adalah haq (benar adanya), dan neraka adalah haq, maka
Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga betapapun keadaan amalnya.” (HR.
Bukhari, No. 3435)
Al-Walid (yang meriwayatkan hadits ini)
berkata, telah bercerita kapadaku Ibnu Jabir dari ‘Umair dari Junadah dengan
menambahkan, “maka akan dimasukkan ke dalam surga lewat salah satu dari ke
delapan pintu surga yang mana saja yang dia mau.”
Seorang muwahhid juga akan mendapatkan rasa
aman dan hidayah baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman,
( الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ ) [الأنعام:82]
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Al-An’am: 82)
Tauhid yang murni adalah inti ajaran dari
semua risalah samawi yang diturunkan Allah Ta’ala. Ia adalah tiang penopang
yang menegakkan bangunan Islam. Ia adalah syiar Islam yang terbesar yang tak
dapat terpisahkan dari Islam itu sendiri. Itulah sebabnya para nabi dan rasul
adalah orang yang paling besar mendapatkan rasa aman tersebut. Karena merekalah
orang yang paling terdepan dalam upaya menegakkan tauhid di muka bumi ini.
Rasa aman yang didapatkan berbanding lurus
dengan tingkat tauhid seseorang. Maka semakin kuat tauhid seseorang maka akan
semakin besar rasa aman yang didapatkan.
(لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ
الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ )[الأنبياء: 103]
“Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang
besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat
berkata), “inilah harimu yang Telah dijanjikan kepadamu.” (Al-Anbiyaa’: 103)
Hadirin para hamba Allah yang berbahagia!
Tauhid juga merupakan modal utama terhindar
dari berbagai kesulitan di hari kiamat kelak
( إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ
أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ 98 لَوْ كَانَ هَؤُلَاءِ آَلِهَةً مَا وَرَدُوهَا
وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ 99 لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لَا
يَسْمَعُونَ 100 إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ
عَنْهَا مُبْعَدُونَ ) [الأنبياء:98 -101 ]
“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah
selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata
berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. dan semuanya
akan kekal di dalamnya. Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya
tidak bisa mendengar. Bahwa orang-orang yang Telah ada untuk mereka ketetapan
yang baik dari kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.” (Al-Anbiyaa’: 98-101)
Memahami tauhid dengan semua bagiannya menjadi
terasa penting, agar kita bisa memberikan semua yang menjadi hak Allah
sebagaimana mestinya.
Tauhid yang murni adalah dengan mewujudkan
ketiga jenis tauhid tersebut.
(َربُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ
وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا) [مريم:65]
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan
apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah
dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan
dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ يَدُ
اللَّهِ مَلْأَى لَا تَغِيضُهَا نَفَقَةٌ سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ.
وَقَالَ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ
فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي يَدِهِ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ وَبِيَدِهِ
الْمِيزَانُ يَخْفِضُ وَيَرْفَعُ
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman, ‘Berinfaklah, maka aku akan berinfak kepadamu.’ dan Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya tangan Allah terisi penuh,
pemberian-Nya siang maupun malam tidak pernah menguranginya.” Juga beliau
bersabda, “Tidakkah kalian melihat bagaimana Allah telah memberikan nafkah
(rezeki) semenjak Dia mencipta langit dan bumi. Sesungguhnya Allah tidak pernah
berkurang apa yang ada pada tangan kanan-Nya.” Beliau bersabda, “dan ‘Arsy-Nya
ada di atas air, di tangan-Nya yang lain terdapat mizan (timbangan), Dia
merendahkan dan meninggikan.” (HR. Bukhari No. 4684 dan Muslim No. 993)
Sejak dulu hingga sekarang, begitu banyak
manusia yang tersesatkan oleh keyakinan berbilang “tuhan” yang disembah, yang
dapat dimintai pertolongan dan yang berhak mendapatkan kekhususan-kekhususan
illahiyah. Keyakinan ini adalah sebuah kesesatan yang nyata yang telah
diperangi oleh Islam dengan keras, sehingga tidaklah mengherankan bila Tauhid
yang murni kemudian menjadi syiar terpenting Islam yang selalu ada dalam aspek
i’tiqad dan amaliyah. Dengan syiar inilah Islam dikenal bahkan karenanya Islam
diperangi. Seputar syiar ini pulalah pertentangan antara ahlul haq dan ahlul
bathil terus berlangsung.
Sebagaimana halnya wudhu bisa batal, shalat
bisa batal, puasa bisa batal, demikian pula tauhid juga batal. Karena itu,
setiap hamba harus berhati-hati dari segala hal yang bisa membatalkan tauhidnya
dan menjadi sebab masuk neraka, yaitu syirik akbar dengan semua jenisnya.
Syirik akbar dapat menghapuskan tauhid secara keseluruhan. Sedangkan syirik
ashghar dapat mengurangi kesempurnaan tauhid seseorang.
Di antara bentuk syirik akbar adalah berdoa
(memohon) kepada selain Allah Ta’ala. Padahal doa adalah ibadah yang harus
ditujukan kepada Allah.
الدُّعَاءُ هُوَ
الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Daud No. 1481
dan At-Tirmidzi No. 3247. Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih)
Di antara kaum Muslimin juga terdapat orang
yang tergoda oleh para tukang sihir dan peramal yang katanya dapat meramal masa
depan, padahal Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mulia telah menyatakan:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ
كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى
مُحَمَّدٍ.
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau
dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah kafir
terhadap apa yang diturunkan pada Muhammad.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi,
An-Nasai dan Ibnu Majah)
Tidak sedikit dari kaum Muslimin yang
mendatangi penghuni-penghuni kubur, berdoa di depan batu-batu nisannya, meminta
pertolongan penghuninya saat susah dan sedih. Bahkan lebih dari itu, seringkali
mereka memuji dan mengagungkan penghuni kubur itu dengan ungkapan-ungkapan yang
hanya pantas diberikan kepada Allah Rabbul ’alamin.
Semua yang terjadi di alam semesta, terjadi
dengan izin Allah Ta’ala. Maka ketika ada bahaya yang menimpa hamba, hanya
kepada-Nyalah memohon.
(وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا
هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير)[الأنعام:17)
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu
kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan dia
sendiri. dan jika dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka dia Maha Kuasa atas
tiap-tiap sesuatu.” (Al-An’aam: 17)
Jenis syirik yang lain adalah syirik dalam
niat dan kehendak. Beramal namun niatnya hanya untuk mendapatkan keuntungan
dunia, riya’ (amalnya ingin dilihat orang) atau sum’ah (amalnya ingin didengar
orang)
(مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ 15 أُولَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا
فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ) [هود: 15 - 16]
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia
dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka
di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
Telah mereka kerjakan.” (Huud: 15-16)
Ragam kesyirikan yang lain adalah syirik dalam
ketaatan. Taat kepada makhluk dalam menghalalkan yang diharamkan Allah atau
sebaliknya.
(اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
الله)(التوبة:٣١)
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan
rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah.” (At-Taubah: 31)
Bentuk syirik lain yang harus dihindari adalah
syirik mahabbah (cinta) yang disertai dengan sikap ta’zhim (mengagungkan) dan
merendahkan diri yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
(وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ الله(البقرة:165)
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Syirik merupakan dosa yang tidak terampuni.
(إنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا
دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا
بَعِيدًا)ُ(النساء:116)
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”
(An-Nisaa’: 116)
Ancaman bagi pelaku kesyirikan adalah
terhalang merasakan nikmatnya masuk surga dan tempat tinggalnya kelak adalah di
neraka.
(إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ)
[المائدة:72]
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun.” (Al-Maaidah: 72)
Siapa di antara kita yang tidak menginginkan
keselamatan di dunia dan akhirat? Siapa di antara kita yang tidak menginginkan
masuk surga tanpa hisab, tanpa adzab? Siapa di antara kita yang tidak
menginginkan merasakan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat? Kunci itu
semua adalah mewujudkan tauhid secara murni hanya untuk Allah semata.
Karena itu, mempelajari tauhid dan bahaya
syirik melalui karya-karya para ulama menjadi terasa pentingnya. Karena dengan
cara itulah kita akan mendapatkan petunjuk serta kebaikan pribadi dan
masyarakat.
Sumber
http://www.minbarindo.com/_Dunia_Minbar/Aqidah_Dan_Keimanan/Urgensi_Tauhid_dalam_Mewujudkan_Kebahagiaan.aspx
Komentar
Posting Komentar