Sebagai orang yang mengaku beriman, yakinlah, dengan bertauhid seseorang bisa merubah keadaannya menjadi baik, niscaya ia akan mampu merubah seseorang menjadi orang yang penuh cinta kepada Allah Ta’ala, penuh takut, dan penuh harap kepada Allah Ta’ala. Rasa cinta kepada Allah Ta’ala, menuai umpan balik, yaitu Allah Ta’ala menjadi cinta kepada orang tersebut, sebagaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim, yang bertauhid kemudian cinta kepada Allah Ta’ala dan Allah Ta’ala membalas cintanya itu. “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (QS. An-Nisa’ (4) : 125).
Selain Nabi Ibrahim, banyak lagi
orang-orang yang karena bertauhid mendapatkan cinta Allah Ta’alaa, seperti
diantaranya nabi Sulaiman. Kemudian rasa takut kepada Allah Ta’ala akan
menumbuhkan kebiasaan beristighfar, sedangkan Allah Ta’ala menjanjikan kepada
hamba-Nya, ”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu
berada di antara mereka dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang
mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal (8) : 33). Adapun orang-orang yang
tidak mau beristighfar adalah mereka-mereka yang sombong, angkuh, dan memiliki
sifat tercela lainnya, seperti kaum Tsamud, kaum ‘Ad, dan
koruptor-koruptor di zaman sekarang.
Rasa harap kepada Allah Ta’ala,
akan memberikan kekuatan kepada seseorang bahwa karakter kehidupan adalah
sebagai cobaan, karena orang yang bertauhid memahami yang demikian,maka ia
bisa menumbuhkan rasa harap yang tinggi kepada Allah Ta’ala. Tumbuh rasa sabar
dan ulet dalam hidup dan kehidupan. Tidak mudah putus asa, dan selalu bangkit
dari keterpurukan maupun cobaan. Adapun contoh orang-orang semacam ini adalah
nabi Muhammad, para Sahabat, dan para mujahid.
Tauhid akan memberi dampak
positif dalam kehidupan umat manusia, sebagai amalan hati, karena hati adalah
salah satu bagian yang selalu dilihat dan diperhatikan Allah. Maka, jika dalam
hati itu tertanam pohon tauhid, Allah akan selalu menjaga dan melindungi,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak melihat kepada jasad kalian dan pada wajah
kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” (HR. Muslim) Baca Fungsi Tauhid dalam Kehidupan Sosial.
Tauhid juga menanamkan hubungan
baik antara sesama manusia dengan harmonis sebagaimana hadits dari Abu Hurairah,
ia berkata: Rasulullah bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari
akhir (kiamat) hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir (kiamat) hendaknya memulyakan tamunya, dan barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat) hendaklah berkata baik atau
diam.” (HR. Muttafaq ‘Alaihi)
Tauhid dan Lisan
Kaitan tauhid dengan amalan
lisan, dimana lisan selalu basah dengan dzikir kepada Allah, maka yang bersangkutan
akan selalu diingat Allah, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya
aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmendekat kepadanya. “Dan barang siapa mendekatkan diri
kepada-Ku satu jengkal niscaya Aku akan dekat kepadanya satu hasta, dan barang
siapa mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta niscaya Aku akan dekat kepadanya
satu depa, dan barang siapa datang kepada-Ku dengan berjalan niscaya Aku akan
mendatanginya dengan berlari (HR. Muslim).
Tauhid dan Qalbu
Tauhid memiliki pengaruh positif
yang begitu banyak bagi siapa saja yang menanam di dalam hatinya. Diantara
sekian banyak dampak positif itu adalah sebagai pembersih jiwa dan raga, dan
inilah yang membuat Malaikat senang dan selalu ingin berdekatan dengannya.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat (41) : 30)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat (41) : 30)
Tauhid dan Optimisme
Tauhid menanamkan optimisme untuk
menggapai masa depan yang gemilang, “Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya
Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang
di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau
petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (QS. Lu`man (31) : 20) Baca Pengaruh Syahadat Tauhid dalam Kehidupan.
Tauhid menanamkan rasa harap yang
tinggi terhadap syafa’at Rasulullah di Padang Masyhar berdasarkan hadits dari
Abu Hurairah, berkata Rasulullah ketika ditanya, “Siapakah manusia yang paling
bahagia menerima syafa’atmu pada hari Kiamat? Beliau menjawab: Manusia yang
paling bahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat adalah yang berkata tiada
Ilah (Tuhan) selain Allah, murni dari hati dan jiwanya.” (HR. Bukhari)
Tauhid juga menanamkan rasa harap
yang besar terhadap kehidupan surga yang indah dan abadi, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka
syurga-syurga yang penuh kenikmatan, Kekal mereka di dalamnya; sebagai janji
Allah yang benar. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman
(31) : 8 – 9).
Dan tentunya masih banyak lagi
dampak positif dari bertauhid yang tidak mungkin ditulis secara keseluruhan.
Tapi paling tidak dengan pemaparan di atas dapatlah mewakili sebagian dari
dampak positif yang sangat begitu penting bagi manusia, karena tanpa tauhid itu
niscaya manusia akan terpuruk dalam hidup dan kehidupannya di dunia maupun di
akherat. Baca Hubungan Iman Tauhid dengan Perbuatan.
Sejarah mencatat umat manusia
berulang kali mengalami keterpurukan, baik pribadi maupun dalam berbangsa.
Keterpurukan itu Allah berikan sebagai bentuk peringatan atau bisa jadi adzab,
supaya suku atau bangsa tersebut kembali kepada fithrahnya. Namun, apabila
peringatan itu diabaikan, maka kemurkaan Allah secara total akan dilimpahkan
kepada suku atau bangsa tersebut secara massif. Hal tersebut pernah dialami
oleh umat nabi Nuh, nabi Shaleh, nabi Hud, dan nabi Luth.
Semua kenyataan ini merupakan
sunnatullah dalam kehidupan manusia dari dahulu hingga sekarang dan akan terus
berlangsung sampai dunia ini Kiamat. Untuk itu, sunnatullah ini secara global
terbagi menjadi dua;
Pertama, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (an-Nahl (16) : 97)
Kedua, “Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (Thaha (2) : 124)
Untuk mengatasi persoalan itu di mana
seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, ada beberapa solusi
yang diantaranya;
Pertama, menegakan kalimat tauhid secara ikhlas dalam lubuk hati yang paling dalam. Baca Realisasi Tauhid.
Kedua, memperbanyak istighfar seperti yang disarankan oleh nabi Nuh pada kaumnya dan seperti yang dilakukan nabi Yunus dalam perut ikan hiu. “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu ia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela, maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (QS. Ash-Shaffat (37) : 139 – 144).
Ketiga, taqarrub kepada Allah dengan berbagai amal shaleh, termasuk sedekah.
Keempat, saling mengingatkan. Kelima, saling menolong dalam kebaikan, “ … dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran …. (al-Maidah (5) : 2).
Baca Sukses dengan Tauhid.
Pertama, menegakan kalimat tauhid secara ikhlas dalam lubuk hati yang paling dalam. Baca Realisasi Tauhid.
Kedua, memperbanyak istighfar seperti yang disarankan oleh nabi Nuh pada kaumnya dan seperti yang dilakukan nabi Yunus dalam perut ikan hiu. “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu ia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela, maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (QS. Ash-Shaffat (37) : 139 – 144).
Ketiga, taqarrub kepada Allah dengan berbagai amal shaleh, termasuk sedekah.
Keempat, saling mengingatkan. Kelima, saling menolong dalam kebaikan, “ … dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran …. (al-Maidah (5) : 2).
Baca Sukses dengan Tauhid.
Komentar
Posting Komentar