Realita menunjukan mayoritas masyarakat Muslim tidak
mengetahui dan memahami kandungan dua kalimat syahadat dengan benar, padahal
dua kalimat syahadat merupakan inti dari ajaran islam dan pondasi seluruh
ibadah. Sehingga sangat wajar jika efek dan ruh kalimat ini tidak terwujud
dalam kehidupan masyarakat.
Adapun di antara pengaruh Laa Ilaaha Illalloh dalam
kehidupan individu dan masyarakat muslim adalah sebagai berikut:
Pertama.
Mewujudkan dan mengamalkan
kalimat Laa Ilaaha Illalloh merupakan
kunci utama meraih kepemimpinan dan kekhalifahan di muka bumi.
Konsep ini, seyogyanya dihayati, dipahami dan
dilaksanakan oleh kaum muslimin dalam seluruh sendi kehidupan mereka. Tanpa
menegakkan kalimat tauhid ini, kaum muslimin tak akan mampu meraih tampuk
kekuasaan dan kekhalifahan di muka bumi. Hal ini sebagaimana firman Alloh
Subhanahuwata’ala: “Dan Alloh telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan mengerjakan amal-amal yang
sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk
mereka,
Dalam ayat yang mulia
ini, Alloh Subhanahuwata’ala mengaitkan kekuasaan di muka bumi, keteguhan agama
dan mendapatkan rasa aman sentausa dengan menegakkan tauhid dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Inilah hakikat dan inti kalimat Laa Ilaaha Illalloh .
Para sahabat Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam
adalah generasi terbaik sepanjang waktu dan zaman. kalimat syahadat benar-benar menancap dalam
lubuk hati mereka yang paling dalam bagaikan batu karang di lautan. Mereka
yakin sekali kepada Alloh Subhanahuwata’ala. Oleh karena itu, mereka berharap,
bergantung, meminta pertolongan, meminta perlindungan, berta-wakkal, takut, dan
khawatir hanya kepada Alloh Subhanahuwata’ala semata. Keyakinan seperti inilah,
menjadikan para sahabat mampu, menguasai dunia, dan menundukan negara adi kuasa
saat itu, yaitu dua negara Persia dan Romawi.
Kedua.
Mewujudkan dan mengamalkan
kalimat Laa Ilaaha Illalloh akan
mempersatukan barisan kaum muslimin dalam mengalahkan musuh-musuh mereka.
Tauhid dapat memeperkuat barisan kaum muslimin dalam
mengalahkan musuh-musuh mereka, karena mereka memiliki satu agama, satu aqidah,
sebagaimana Alloh Subhanahuwata’ala berfirman: “Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama)
Alloh, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh
kepada kalian ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh
mempersatukan hati kalian, lalu dengan karunianya kalian menjadi orang-orang
yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh
menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)
Sesungguhnya tidak ada yang bisa menyatukan umat ini kecuali aqidah dan tauhid. Kita bisa mengambil pelajaran dengan melihat realita bangsa Arab sebelum dan sesudah Islam. Sebelum Islam, dengan mudah sekali sebagian mereka menumpahkan darah sebagian yang lain, saling merampas harta, saling merampok, mencuri, saling bermusuhan, saling berselisih dan berbangga- bangga dengan kabilahnya masing-masing.
Ketika Alloh mengutus Nabi Muhammad Sholallohu’alaihi wa
Sallam kepada mereka dengan membawa risalah tauhid, mereka menjadi bersaudara,
saling berkasih sayang dan saling mencintai di antara mereka. Sebagaimana Alloh
Subhanahuwata’ala gambarkan dalam al-Qur’an: “…Dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu dengan
karunianya kalian dahulu menjadi
orang-orang yang bersaudara; dan kalian
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menye-lamatkan
kalian daripadanya. Demikianlah Alloh
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)
Ketiga.
Laa Ilaaha Illalloh
memberikan kekuatan jiwa.
Laa
ilaaha ilaalloh memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, karena jiwanya
penuh harap kepada Alloh Subhanahuwata’ala, percaya dan tawakkal kepada-Nya,
ridho atas ketentuan-Nya, sabar atas musibah, serta senantiasa menjadikan-Nya
tempat bergantung.
Ia hanya menghadap dan meminta kepada-Nya jiwanya kokoh
laksana gunung. Bila datang musibah ia segera menghadap kepada Alloh
Subhanahuwata’ala agar dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang
mati. Semboyannya adalah sabda Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam:
“Bila kamu meminta, maka mintalah kepada Alloh.
Dan bila kamu mohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Alloh.” (HR.
Tirmidzi)
Dan firman Alloh Subhanahuwata’ala : “Jika Alloh menimpakan
suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilang-kannya selain Dia
sendiri. Dan jika Dia menda-tangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas
tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.”
[QS. al-An’am (6): 17]
Keempat.
Laa Ilaaha Illalloh penyebab keamanan dan
ketenangan.
Kalimat Laa Ilaaha Illalloh memenuhi hati-hati para ahlinya dengan
keamanan dan ketenangan. Tidak ada rasa takut kecuali kepada Alloh
Subhanahuwata’ala. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap
rizki, jiwa dan keluarga. Seorang Mukmin yang mengesakan Alloh
Subhanahuwata’ala hanya takut kepada satu, yaitu Alloh Subhanahuwata’ala.
Karena itu, ia merasa aman ketika manusia ketakutan, serta merasa tenang ketika
manusia yang lain kalut.
Alloh Subhanahuwata’ala berfirman: “Orang-orang yang beriman
dan tidak menc-ampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka
itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am [6]: 82)
Keamanan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan
oleh penjagaan polisi atau pihak lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah
keamanan dunia. Adapun keamanan akhirat akan lebih besar dan lebih abadi mereka
rasakan. Yang demikian itu mereka peroleh karena mereka mengesakan Alloh,
mengikhlaskan ibadah hanya untuk Alloh semata dan tidak mencampuradukkan tauhid
mereka dengan syirik, karena mereka mengetahui, bahwa syirik adalah kezhaliman
terbesar.
Kelima. Laa Ilaaha Illalloh sarana untuk membentuk kepribadian yang
kokoh.
Ia menjadikan hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa.
Arah hidupnya jelas, tidak mempercayai tuhan kecuali hanya kepada Alloh
Subhanahuwata’ala. Kepadanya ia memohon, berdoa dan minta pertolongan dalam
keadaan sempit atau lapang.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya
terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia
menyembah kepada orang hidup, pada saat lain ia menyembah kepada orang mati.
Sehubungan dengan ini Alloh Subhanahuwata’ala berfirman mengutip perkataan Nabi
Yusuf ‘Alaihissalam: “Hai kedua temanku dalam
penjara, manakah yang baik, rabb-rabb yang bermacam-macam itu ataukah Alloh
Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Yusuf [12]: 39)
Orang Mu`min menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuat-Nya ridho dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuat-Nya ridho, dan menjauhi yang membuat-Nya murka sehingga hatinya merasa tenteram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkannnya ke kanan, sedangkan tuhan lainnya menginginkannya ke kiri. Ia terombang-ambing di antara tuhan-tuhan itu, tidak memiliki prinsip dan ketetapan.
(dainusantara.com/majalahtauhidullah.blogspot.com)
Komentar
Posting Komentar