Pengaruh Syahadat Tauhid dalam Kehidupan

Realita menunjukan mayoritas masyarakat Muslim tidak mengetahui dan memahami kandungan dua kalimat syahadat dengan benar, padahal dua kalimat syahadat merupakan inti dari ajaran islam dan pondasi seluruh ibadah. Sehingga sangat wajar jika efek dan ruh kalimat ini tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat.
Adapun di antara pengaruh Laa Ilaaha Illalloh dalam kehidupan individu dan masyarakat muslim adalah sebagai berikut:
Pertama. Mewujudkan dan mengamalkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh  merupakan kunci utama meraih kepemimpinan dan kekhalifahan di muka bumi.
Konsep ini, seyogyanya dihayati, dipahami dan dilaksanakan oleh kaum muslimin dalam seluruh sendi kehidupan mereka. Tanpa menegakkan kalimat tauhid ini, kaum muslimin tak akan mampu meraih tampuk kekuasaan dan kekhalifahan di muka bumi. Hal ini sebagaimana firman Alloh Subhanahuwata’ala: “Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, 
dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.”  (QS. an-Nur [24]: 55)
Dalam ayat yang  mulia ini, Alloh Subhanahuwata’ala mengaitkan kekuasaan di muka bumi, keteguhan agama dan mendapatkan rasa aman sentausa dengan menegakkan tauhid dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Inilah hakikat dan inti  kalimat Laa Ilaaha Illalloh .
Para sahabat Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam adalah generasi terbaik sepanjang waktu dan zaman.  kalimat syahadat benar-benar menancap dalam lubuk hati mereka yang paling dalam bagaikan batu karang di lautan. Mereka yakin sekali kepada Alloh Subhanahuwata’ala. Oleh karena itu, mereka berharap, bergantung, meminta pertolongan, meminta perlindungan, berta-wakkal, takut, dan khawatir hanya kepada Alloh Subhanahuwata’ala semata. Keyakinan seperti inilah, menjadikan para sahabat mampu, menguasai dunia, dan menundukan negara adi kuasa saat itu, yaitu dua negara Persia dan Romawi.

Kedua. Mewujudkan dan mengamalkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh  akan mempersatukan barisan kaum muslimin dalam mengalahkan musuh-musuh mereka.
Tauhid dapat memeperkuat barisan kaum muslimin dalam mengalahkan musuh-musuh mereka, karena mereka memiliki satu agama, satu aqidah, sebagaimana Alloh Subhanahuwata’ala berfirman: “Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepada kalian ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hati kalian, lalu dengan karunianya kalian menjadi orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)
Sesungguhnya tidak ada yang bisa menyatukan umat ini kecuali aqidah dan tauhid. Kita bisa mengambil pelajaran dengan melihat realita bangsa Arab sebelum dan sesudah Islam. Sebelum Islam, dengan mudah sekali sebagian mereka menumpahkan darah  sebagian yang lain, saling merampas harta, saling merampok, mencuri, saling bermusuhan, saling berselisih dan berbangga- bangga dengan  kabilahnya masing-masing.

Ketika Alloh mengutus Nabi Muhammad Sholallohu’alaihi wa Sallam kepada mereka dengan membawa risalah tauhid, mereka menjadi bersaudara, saling berkasih sayang dan saling mencintai di antara mereka. Sebagaimana Alloh Subhanahuwata’ala gambarkan dalam al-Qur’an: “…Dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu dengan karunianya kalian  dahulu menjadi orang-orang yang bersaudara; dan kalian  telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menye-lamatkan kalian  daripadanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian  mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)

Ketiga. Laa Ilaaha Illalloh memberikan kekuatan jiwa.
Laa ilaaha ilaalloh memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, karena jiwanya penuh harap kepada Alloh Subhanahuwata’ala, percaya dan tawakkal kepada-Nya, ridho atas ketentuan-Nya, sabar atas musibah, serta senantiasa menjadikan-Nya tempat bergantung.
Ia hanya menghadap dan meminta kepada-Nya jiwanya kokoh laksana gunung. Bila datang musibah ia segera menghadap kepada Alloh Subhanahuwata’ala agar dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Semboyannya adalah sabda Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam: “Bila kamu meminta, maka mintalah kepada Alloh. Dan bila kamu mohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Alloh.” (HR. Tirmidzi)
Dan firman Alloh Subhanahuwata’ala : “Jika Alloh menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilang-kannya selain Dia sendiri. Dan jika Dia menda-tangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.” [QS. al-An’am (6): 17]

Keempat. Laa Ilaaha Illalloh penyebab keamanan dan ketenangan.
Kalimat Laa Ilaaha Illalloh  memenuhi hati-hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak ada rasa takut kecuali kepada Alloh Subhanahuwata’ala. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Seorang Mukmin yang mengesakan Alloh Subhanahuwata’ala hanya takut kepada satu, yaitu Alloh Subhanahuwata’ala. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia ketakutan, serta merasa tenang ketika manusia yang lain kalut.
Alloh Subhanahuwata’ala berfirman: “Orang-orang yang beriman dan tidak menc-ampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am [6]: 82)
Keamanan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjagaan polisi atau pihak lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan dunia. Adapun keamanan akhirat akan lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan. Yang demikian itu mereka peroleh karena mereka mengesakan Alloh, mengikhlaskan ibadah hanya untuk Alloh semata dan tidak mencampuradukkan tauhid mereka dengan syirik, karena mereka mengetahui, bahwa syirik adalah kezhaliman terbesar.

Kelima. Laa Ilaaha Illalloh  sarana untuk membentuk kepribadian yang kokoh.
Ia menjadikan hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa. Arah hidupnya jelas, tidak mempercayai tuhan kecuali hanya kepada Alloh Subhanahuwata’ala. Kepadanya ia memohon, berdoa dan minta pertolongan dalam keadaan sempit atau lapang.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menyembah kepada orang hidup, pada saat lain ia menyembah kepada orang mati. Sehubungan dengan ini Alloh Subhanahuwata’ala berfirman mengutip perkataan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam: “Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, rabb-rabb yang bermacam-macam itu ataukah Alloh Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Yusuf [12]: 39)
Orang Mu`min menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuat-Nya ridho dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuat-Nya ridho, dan menjauhi yang membuat-Nya murka sehingga hatinya merasa tenteram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkannnya ke kanan, sedangkan tuhan lainnya menginginkannya ke kiri. Ia terombang-ambing di antara tuhan-tuhan itu, tidak memiliki prinsip dan ketetapan.

(dainusantara.com/majalahtauhidullah.blogspot.com)


Komentar