Seorang doktor bidang aqidah
bertanya kepada Syeikh Dr. Umar Al Asyqor guru besar ilmu aqidah, "Wahai
Syeikh, saya sudah mencapai gelar akademik tertinggi dalam ilmu aqidah, namun
saya belum merasakan dalamnya aqidah ini tertanam di hati dan jiwaku." Maka
Syeikh Dr. 'Umar Al Asyqar menjawab, “Pertanyaan itu sudah pernah ditanyakan
oleh Syeikhul Islam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah kepada gurunya Syeikhul Islam
Ibnu Taimiyyah. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjawab, “Apa yang engkau
pelajari hanyalah kaidah-kaidah (rumusan-rumusan) dalam masalah aqidah,
sedangkan jika engkau ingin merasakan dalamnya aqidah tertanam di dalam hati
dan jiwamu, maka hayati dan resapilah kandungan Al-Qur’an.”
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz
berkata,
إِنَّ
لِلإِيمَانِ فَرَائِضَ وَشَرَائِعَ وَحُدُودًا وَسُنَنًا ، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا
اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ
الإِيمَانَ
“Sesungguhnya iman
memiliki kewajiban-kewajiban, batasan dan aturan serta sunnah-sunnah,
barangsiapa menyempurnakannya maka sempurnalah imannya dan barangsiapa tidak
menyempurnakannya maka tidak sempurna pula imannya.” (HR. Bukhari)
Allah Ta'ala berfirman, “Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman
kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat
itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula
mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena
sholat tahjjud) dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut
dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (QS As Sajdah (32) : 15).
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya.”
(QS. Al Mukminun (23) : 1-5).
Banyak orang menyangka bahwa akhlaqul
karimah tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid atau aqidah, sehingga seseorang
yang sudah belajar tauhid tidak sedikit pun merasa risih untuk mengeluarkan
sumpah serapah atau kata-kata kotor kepada saudaranya sesama muslim. Ia
demikian fasih memaki-maki saudaranya hanya karena perbedaan pemahaman aliran
keagamaan, sebagaimana fasihnya dalam membaca Al-Quran. Padahal tauhid adalah
inti iman dan dalam banyak hadits Rasulullah Shollallohu ‘alihi wa sallama
selalu mengaitkannya dengan adab dan akhlak. Bahkan Allah Azza wa jalla pun
menjadikan amal shalih sebagai bukti keimanan seseorang.
وَالْعَصْرِ . إِنَّ
الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr (103) : 1 – 3)
Ucapan kita, pandangan kita,
pendengaran kita bahkan desiran hati kita adalah bukti/refleksi dari iman dan
tauhid kita.
Nabi Shollallohu ‘alihi wa sallama
bersabda :
الإِيمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70
atau 60 cabang, yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaaha IllaLlah sedangkan yang
paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Dan rasa malu merupakan
bagian dari iman.”
(HR. Muslim).
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam
saja.” (Muttafaq Alaih).
(Brilly/Hidayatullah.com/Majalahtauhidullah.blogspot.com)
>> Unduh ilmu bermanfaat dari cafeilmubrilly.blogspot.com!
>> Unduh ilmu bermanfaat dari cafeilmubrilly.blogspot.com!
Komentar
Posting Komentar