Bicara Tauhid, Bicara Persatuan, Bukan Memantik Perpecahan

Masih ada saja orang-orang yang tidak berani bicara tauhid di depan publik. Mereka berkilah di balik topeng persatuan. Mereka tidak mau bicara tauhid karena mungkin kebetulan mereka mengalami peristiwa pahit dimana saat mereka bicara tauhid masyarakat bermuka masam bahkan merah padam kemudian membencinya. Padahal, tauhidlah yang bisa menjadi pemersatu umat. Umat tidak akan bersatu, akan terus berpecah belah jika tidak mau mendalami tauhid. Baiklah, nampaknya pembaca masih ragu kalau bicara tauhid berarti bicara persatuan, bukan bicara perpecahan. Berikut uraiannya.
Pertama: Persatuan adalah suatu ibadah mulia yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam banyak ayat dan hadits. Sebaliknya perpecahan pun merupakan maksiyat yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, juga dalam banyak ayat dan hadits. Di antaranya firman Allah ta'ala,
]وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا[ آل عمران: 103
Artinya: "Dan berpegang teguhlahlah kalian semuanya kepada tali  Allah, dan janganlah kalian bercerai berai". QS. Ali Imran: 103.
Juga sabda Nabi,
(إن الله يرضى لكم ثلاثا ويكره لكم ثلاثا, فيرضى لكم أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئا وأن تعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا ... ). رواه مسلم.
"Sesungguhnya Allah meridhai dari kalian tiga perkara, dan membenci atas kalian tiga perkara. Allah meridhai dari kalian untuk: Menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, serta berpegang teguh kepada tali  Allah dan tidak bercerai berai…"[2].


Kalau kita perhatikan dengan seksama ayat dan hadits tersebut di atas, kita akan dapatkan bahwa Allah dan Rasul-Nya telah menerangkan metode yang sangat jitu guna meraih persatuan yang sangat kita impi-impikan.
Metode itu ada pada firman-Nya dan sabdanya, "berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali  Allah". Jadi metode dan cara bersatu yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah: dengan berpegang teguh terhadap tali Allah. Apakah tali Allah itu?. Tali Allah adalah agama-Nya. Jadi kalau kaum muslimin ingin bersatu, syaratnya adalah berpegang teguh dengan ajaran Islam yang dibangun di atas al-Qur'an, al-Hadits dan al-Ijma'. Penafsiran tali Allah dengan agama-Nya ini telah disebutkan oleh oleh para ulama, dan di antara mereka adalah para ulama madzhab syafi'i, seperti: al-Baghawy[3], al-Baidhawy[4], dan as-Suyuthy[5].
Dan sudah dimaklumi oleh kaum muslimin bahwa amar ma'ruf (menyeru kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah dari kemungkaran) adalah merupakan salah satu bagian terbesar dari ajaran agama Islam. "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah". QS. Ali Imran: 110.
Tatkala kita menyebutkan perbuatan-perbuatan atau keyakinan-keyakinan yang menodai atau bahkan bisa menghancurkan tauhid seseorang, tujuannya adalah dalam rangka mengamalkan firman Allah tersebut di atas; amar ma'ruf dan nahi munkar. Dan ini adalah salah satu upaya berpegang teguh dengan tali Allah, guna menggapai persatuan yang kita impi-impikan. Apakah layak bagi kita untuk membiarkan saudara-saudara kita seagama terjerumus ke dalam kubang kesyirikan, tanpa dicegah dan diselamatkan?!
Kedua: Sebenarnya yang membuat kaum muslimin berpecah belah adalah: ulah sebagian orang yang telah dijelaskan kepadanya dengan sejelas-jelasnya dalil dari al-Qur'an, al-Hadits dan perkataan para ulama Ahlus Sunnah bahwa perbuatan yang mereka perbuat adalah keliru, tapi mereka masih saja ngotot dan bersikeras untuk melakukan dan membudayakan perbuatan tersebut. Orang-orang seperti inilah yang menimbulkan perpecahan di barisan kaum muslimin, sebagaimana yang disinggung oleh Allah dalam firman-Nya,
]وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ[ آل عمران: 105
Artinya: "Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". QS. Ali Imran: 105
Ketiga: Kita menginginkan terwujudnya persatuan yang hakiki, yaitu persatuan yang dibangun di atas berpegang teguh kepada kitab dan sunnah. Serta kita tidak menginginkan persatuan-persatuan yang semu; kelihatannya bersatu tapi sebenarnya hati  berpecah belah. Fatamorgana persatuan inilah gaya persatuan orang Yahudi dan kaum munafiqin, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya,
]تَحْسَبُهُمْ جَمِيعاً وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ[ الحشر: 14
Artinya: "Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. QS. Al-Hasyr: 14.
[2] HR. Muslim: III/1340 no:1715.
[3] Lihat: Ma'alim at-Tanzil: II/78.
[4] Lihat: Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta'wil: I/73.
[5] Lihat: Ad-Durr al-Mantsur: III/714.
Catatan: Syubhat adalah kerancuan-kerancuan yang mengakibatkan kebenaran terlihat serupa dengan kebatilan, sehingga melahirkan kebimbangan dan keraguan. Lihat: Kitab at-Ta'rifat al-I'tiqadiyah hal: 201.

Komentar